Rumah adat tongkonan
Suku Toraja dalam kehidupannnya sangat terikat oleh sistem adat yang berlaku, sehingga hal ini berpengaruh kepada keeksisan Tongkonan. Oleh karena itu
Phinisi kapal layar tradisional Bugis
Phinisi merupakan kapal layar tradisional Suku Bugis dan Suku Makassar di Sulawesi Selatan. Pinisi adalah sebuah kapal layar yang menggunakan jenis layar sekunar dengan dua tiang dengan tujuh helai layar yang mempunyai makna bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mampu mengharungi tujuh samudera besar di dunia.
Makanan tradisonal bugis
Kue ini merupakan makanan tradisional yang memilki rasa manis yang khas dimana rasa golla cella (gula merah; baca : Indonesia) mendominasi kue ini. Kue ini dikenal dengan nama Beppa golla cella karena dominasi bahan adonanya adalah golla cella (gula merah; baca : Indonesia).
Keindahan pulau Takabonerate
Pulau Takabonerate di Kabupaten Selayar, Sulsel, akan disiapkan sebagai daerah tujuan wisata internasional dengan mengagendakan sejumlah penyelenggaraan program-program wisata tahunan internasional.
Selasa, 27 Maret 2012
Makanan Khas Makassar
Senin, 26 Maret 2012
Taman Nasional Taka Bonerate
Terumbu karang yang sudah teridentifikasi sebanyak 261 jenis dari 17 famili diantaranya Pocillopora eydouxi, Montipora danae, Acropora palifera, Porites cylindrica, Pavona clavus, Fungia concinna, dan lain-lain. Sebagian besar jenis-jenis karang tersebut telah membentuk terumbu karang atol (barrier reef) dan terumbu tepi (fringing reef). Semuanya merupakan terumbu karang yang indah dan relatif masih utuh. Terdapat sekitar 295 jenis ikan karang dan berbagai jenis ikan konsumsi yang bernilai ekonomis tinggi seperti kerapu (Epinephelus spp.), cakalang (Katsuwonus spp.), napoleon wrasse (Cheilinus undulatus), dan baronang (Siganus sp.). Sebanyak 244 jenis moluska diantaranya lola (Trochus niloticus), kerang kepala kambing (Cassis cornuta), triton (Charonia tritonis), batulaga (Turbo spp.), kima sisik (Tridacna squamosa), kerang mutiara (Pinctada spp.), dan nautilus berongga (Nautilus pompillius). Jenis-jenis penyu yang tercatat termasuk penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu lekang (Dermochelys coriacea). |
Pantai Tanjung Bira
Rumah adat tongkonan
Tongkonan layuk
Tongkonan ini adalah tongkonan pertama dan utama kerena fungsinya didalam adat sebagai sumber kajian di dalam membuat peraturan-peraturan adat.
Tongkonan pekamberan / Pekaindoran
Tongkonan ini adalah tongkonan kedua yang berfungsi sebagai pelaksana atau yang menjalankan aturan, perintah dan kekuasaan adat didalam masing-masing daerah adat yang dikuasainya.
Tongkonan Batu Ariri
Tongkonan ini adalah tongkonan ketiga, tongkonan ini tidak mempunyai kekuasaan didalam adat tetapi berperan sebagai tempat persatuan dan pembinaan keluarga dari turunan yang membangun Tongkonan tersebut pertama kali.
Ketiga tongkonan yang disebutkan di atas pada prinsipnya mempunya bnetuk yang sama, tetapi dalam hal hiasan terdapat perbedaan khusus yang dilatarbelakangi oleh peranan dan fungsi masing-masing tongkonan tersebut.
Perbedaan tersebut terletak pada pemakaian tinag tengah yang disebut Tulak somba, pemakaian hiasan kepala kerbau yang disebut kabongo dan pemakaian kepala ayam yang disebut katik. Ketiga unsur yang telah disebutkan diatas khusus diperuntukkan bagi tongkonan layuk, sedangkan pada tongkonan pekamberan / pekaindoran hanya diperbolehkan memakai hiasan kabongo dan katik. Sementara untuk tongkonan batu ariri sebenarnya ketiga unsur tersebut tidak diperbolehkan untuk digunakan.
Bentuk tongkonan berbentuk perahu layar. Tradisi lisan dalam masyarakat Toraja meyakini bahwa bentuk itu dilatarbelakangi datangnya penguasa-penguasa pertama di Toraja, dari arah selatan Tana Toraja dengan mempergunakan perahu yang dinamakan Lembang melalui sungai-sungai besar seperti sunga Sa’dang. Bentuk perahu itulah yang menilhami pembuatan rumah tongkonan, sehingga bentuknya menjulang ke depan dan kebelakang.
Mengenai tata letaknya, tongkonan itu harus selalu menghadap ke utara dan ini merupakan syarat mutlak yang dianut didalam pembangunan sebuah tongkonan. Prinsif ini dilatarbelakangi oleh falsafah orang toraja dalam memandang alam, yang didalam ajaran aluk Todolo disebut apa oto na (4 dasar falsafah), yakni; bagian utara dinamakan ulunna langi’ atau merupakan penjuru yang paling mulia; bagian timur dinamakan mataallo, penjuru yang merupakan tempat bermulanya terang (matahari); bagian barat dinamakan matampu atau tempat datangnya kegelapan.atau sebagai simbolkesusahan atau kematian; bagian selatan dinamakan pollona langi. Bagian ini dianggap sebagai bagian terendah dari penjuru bumi dam merupakan tempat melepaskan segala yang kotor.
Oleh karena itu, semua bangunan tongkonan yang ada do tana toraja menghadap ke utara, termasuk didalam bangunan rumah adat di kete kesu yang dibangun sejak 400 tahun yang lalu dan telah dihuni sekitar 30 generasi.
Bangunan tongkonan juga terdiri dari bagian-bagian yang dinamakan:
Sulluk adalah kolong rumah;
Papa adalah adalah pelindung berupa atap yang terbuat dari bambu yang mempunya bentuk khas perahu.